ONEINNEWS.COM - Yang pertama soal patung Jokowi yang rencananya akan dipasang di depan Sirkuit Mandalika. Patung ini berbentuk Jokowi menge...
ONEINNEWS.COM - Yang pertama soal patung Jokowi yang rencananya akan dipasang di depan Sirkuit Mandalika. Patung ini berbentuk Jokowi mengendarai motor dan dibuat oleh Nyoman Nuarta yang juga terkenal dengan karya besar Patung Garuda Wisnu Kencana di Bali.
Akan tetapi rupanya ada sedikit penolakan. Kelihatannya sedikit, dan kita sudah bisa tebak apa maksud sebenarnya dari mereka.
Rencana pemasangan patung tersebut mendapat penolakan dari para tokoh agama yang tergabung dalam Forum Komunikasi dan Silaturahmi Pondok Pesantren (FKSPP) Lombok Tengah. Mereka menilai bahwa selama ini Lombok terkenal dengan religi yang tinggi.
“Kami atas nama FKSPP Lombok Tengah, menolak pembangunan patung bapak Presiden kita di KEK Mandalika. Lombok terkenal dengan seribu pondok pesantren, terkenal dengan seribu tuan guru. Dan terkenal juga dengan masyarakat yang agamis,” katanya.
“Orang masih hidup dibuatkan patung. Dalam hukum Islam, membuat patung itu juga ada yang berpendapat itu haram. Karena nanti orang yang membuat patung akan diminta oleh Allah untuk membuatkan nyawa atau rohnya, dan manusia jelas tidak akan mampu membuatkan itu,” terangnya.
Yang buat patung ini adalah orang Bali dan bukan muslim (ralat kalau saya salah). Kan, bukan mereka yang bikin, jadi ngapain harus sibuk menolak? Kenapa tiba-tiba peduli dengan nasib pembuat patungnya kelak?
Toh patungnya tidak ngapa-ngapain, tidak mengganggu. Yang bikin juga bukan mereka.
“Joko Widodo adalah Presiden kami. Tapi mohon hormati kami. Jika ingin membuat patung untuk di pasang agar mohon libatkan kami. Minta pendapat kami, dan jangan jadikan adanya patung ini memecahkan kami di Lombok,” katanya.
Mandalika ini adalah KEK, yang dibuat khusus untuk tujuan pariwisata agar lebih dikenal dunia, dan pada akhirnya dapat membangkitkan ekonomi lokal secara drastis. MotoGP adalah salah satunya, berpotensi mendatangkan turis dalam jumlah besar. Disiarkan di seratus lebih negara dan disaksikan ratusan juta pasang mata. Efek dominonya besar sekali.
Tapi kalau dikit-dikit teriak soal agama, kapan majunya? Ini tidak boleh, itu tidak boleh. Awalnya patung dipermasalahkan. Next apa lagi? Bisa makin merembes ke mana-mana atas dasar agama. Bisa-bisa turis jadi malas datang dan lebih baik ke tempat lain. Orang berwisata mau santai, rileks, membuang beban pikiran. Tapi kalau ribet ini itu tidak boleh, apa gunanya wisata?
Open minded dikit lah. Kalau tidak sreg, ya tak usah lihat, tak usah dekat-dekat. Jangan paksa orang lain untuk ikuti kemauan sendiri. Jokowi sudah berkenan memajukan Lombok, harusnya semua warga support dengan menjadi tuan rumah yang baik. Jangan bikin polemik atas dasar agama. Ingat, bangun reputasi itu tak mudah, tapi menghancurkannya hanya butuh waktu singkat
Yang kedua adalah Risma yang ditolak seorang warga di Sumbar.
Seperti yang kalian ketahui, gempa mengguncang Kabupaten Pasaman Barat, Sumbar Jumat kemarin. Gempa ini terasa cukup kuat, sehingga membuat warga di beberapa wilayah di Sumbar merasakan guncangan. Selain di Pasaman Barat, gempa itu juga terasa di kawasan Kota Payakumbuh, Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kabupaten Lima Puluh Kota, hingga Kota Padang Panjang.
Sebagai Mensos, sudah menjadi kewajiban Risma mengunjungi daerah terdampak gempa dan memberikan bantuan kepada warga.
Banyak lokasi yang didatangi Risma, salah satunya adalah kawasan Kajai Pasaman Barat. Dia datang bersama dengan rombongan pemerintah daerah. Tapi ditengah perjalanan, Risma diusir oleh salah satu warga.
“Tidak usah dilihat warga kami, tidak usah,” kata pria tersebut.
Risma kemudian menjawab, “Iya ini kita mau ke sana,” kata Risma.
Setelah itu, petugas Satpol PP langsung mengamankan warga tersebut. “Satpol PP jangan main-main, tidak usah lihat warga kami,” kata warga itu saat diamankan petugas.
Tidak diketahui apa penyebab warga tersebut marah dan mengusir Risma. Tapi dari kolom komentar akun yang mengunggah kejadian itu, menganggap bahwa tujuan kedatangan Risma hanya untuk pencitraan. Sehingga, untuk alasan apapun, Risma sebaiknya jangan memanfaatkan kondisi ini sebagai caranya untuk melakukan pencitraan.
Kedatangan Mensos itu termasuk bentuk kepedulian pemerintah pusat kepada daerah. Nanti kalau tidak datang, pasti teriak pemerintah kerjanya apa. Lambat bener kerjanya.
Kalau Mensos ditolak, siapa yang bakal bantu warga? Saya yakin orang itu juga tak sanggup bantu. Cuma modal teriak usir doang. Musibah gini masih aja sempet-sempetnya marah atas dasar politik. Dasar.
S: Xhardy