ONEINNEWS.COM - Menyebut nama Lamber Pekikir, publik Papua mungkin akan merinding mendengarnya. Sebab sosok yang satu ini dulu paling ditak...
ONEINNEWS.COM - Menyebut nama Lamber Pekikir, publik Papua mungkin akan merinding mendengarnya. Sebab sosok yang satu ini dulu paling ditakuti baik warga sipil pun para anggota KKB Papua.
Ia merupakan aktor dari penyerangan terhadap TNI dan salah seorang kepala desa di Kabupaten Keerom, Papua pada 2012 silam.
Kebengisannya di masa itu membuatnya menjadi sosok yang sangat ditakuti. Ia tak pernah memberi ampun ketika melancarkan aksi kejamnya menyerang dan membunuh siapa pun yang berseberangan dengannya.
Pada masa ia masih aktif di KKB Papua dulu, Lambert Pekikir dianugerahi pangkat Panglima OPM ( Organisasi Papua Merdeka ).
Namun setelah usianya beranjak senja, akhirnya tokoh berjenggot tersebut, sudah sadar sehingga kini kembali ke jalan yang benar.
Kepada awak media, Lamber Pekikir berkisah sangat mengerikan tatkala ia memilih bergabung dengan KKB Papua sekitar 30 tahun silam.
Mulanya, lanjut Lamber Pekikir, dirinya bergabung dnegan OPM ( Organisasi Papua Merdeka ) pada tahun 1993 silam.
Saat baru bergabung, katanya, ia langsung diangkat menjadi Kepala Senat Pemerintahan Papua Barat di Wilayah Great Waris.
Great Waris merupakan daerah perbatasan antara Provinsi Irian Jaya (kini Papua) dengan Papua Nugini (PNG).
“Saya diangkat oleh Jacob Prai untuk menjabat sebagai Koordinator umum dan panglima tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di markas Victoria,” kata Lambert.
Markas Victoria tersebut berada di Kampung Workwana, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Papua.
Selama menjadi Panglima Tinggi OPM, Lamber Pekikir terus melakukan perlawanan kepada NKRI. Namun seiring berjalannya waktu, pada medio 2010, ia dipanggil oleh utusan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yaitu Farid Husein.
Saat itu, Farid Husein menyampaikan kepada dirinya bahwa ada baiknya mencari solusi demi penyelesaian konflik Papua lewat sebuah proses demokrasi yang disebut dialog Papua-Jakarta.
“Saya mulai berpikir, tanpa dialog, permasalahan konflik Papua tidak pernah dapat terselesaikan secara menyeluruh. Moment itu yang saya gunakan untuk mencari cara meninggalkan OPM,” ujarnya.
Tepat pada medio 2013, tanpa sepengetahuan rekan-rekan seperjuangannya, Lamber mulai membangun komunikasi khusus dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dengan harapan bakal ada sebuah dialog untuk penyelesaian konflik Papua.
Semua harapan itu terjawab di medio 2014, dimana Lambert diundang oleh SBY untuk berkomunikasi melalui video call.
"Setelah komunikasi, Bapak Presiden meminta saya harus berangkat ke Jakarta untuk menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah RI untuk melakukan dialog guna penyelesaian konflik di Tanah Papua," tukasnya.
Atas permintaan itu, Lamber pun memutuskan kembali bersama NKRI.
Setelah membuat keputusan, Lamber mulai kembali ke Kabupaten Keerom, dan mempersiapkan dirinya berangkat ke Jakarta bertemu para pejabat tinggi Negara.
"Pada saat itulah saya bertemu dengan anak JO Sembiring (kini Dandrem 172 PWY XVII/Cenderawasih) dan beliaulah yang memfasilitasi sekaligus mengawal saya berangkat ke Jakarta,” kata Lambert.
Saat bertemu dengan sejumlah petiggi negara, kata Lambert, dirinya menyampaikan semua aspirasi tentang solusi penyelesaian konflik di Tanah Papua.
“Negara mau memberi jaminan kepada saya untuk tetap tinggal dan membangun NKRI di Papua serta membantu negara menyelesaikan konflik di Papua,” ujarnya.
“Persoalan konflik di Papua bukanlah hal yang gampang, diperlukan proses yang panjang karena keunikan dari bangsa Papua sangat sulit untuk dipersatukan," sambungnya.
Diketahui, untuk menjaga kedamaian di Tanah Papua, saat ini Lambert Pekikir juga membangun kerjasama dengan pihak gereja dengan lembaga-lembaga HAM.
"Itu sekilas sejarah saya dan sampai saat ini saya sudah berada bersama dengan Pemerintah RI serta aparat keamanan TNI-Polri di tengah-tengah masyarakat,” kata Lambert.
“Saya juga mau mengajak semua pihak agar mari kita budayakan budaya demokrasi, membangun budaya dialog untuk menyelesaikan setiap permasalahan di Papua," ajak Lambert. (*)
S: Pos-Kupang