Photo Ilustrasi IDEANEWS.CO - Seorang pria Jepang mengaku ditolak oleh sekitar 80 rumah sakit dan klinik di Kota Tokyo. Sebelumnya...
Photo Ilustrasi |
IDEANEWS.CO - Seorang pria Jepang mengaku ditolak oleh sekitar 80 rumah
sakit dan klinik di Kota Tokyo. Sebelumnya, pria itu dilaporkan mengalami
gejala corona COVID-19, seperti demam tinggi dan kesulitan bernapas. Hingga
dirinya harus diantar oleh ambulans.
Namun, alih-alih mendapat perawatan medis yang cepat, pria
itu justru harus menghabiskan waktu berjam-jam, demi mencari rumah sakit yang
mau menampungnya.
Tak hanya itu, beberapa waktu lalu, seorang pria berusia
lanjut juga dilaporkan kesulitan mendapatkan perawatan medis, setelah kurang
lebih 40 klinik menolaknya. Lagi-lagi, dia juga diduga mengalami gejala virus
corona COVID-19.
Menanggapi hal tersebut, Japanese Association for Acute
Medicine dan Japanese Society for Emergency mengatakan, sejumlah rumah sakit di
Jepang memang diketahui menolak memberikan bantuan emergensi kepada pasien yang
menderita stroke, serangan jantung, dan cedera eksternal.
Sementara itu, terkait penanganan pandemi COVID-19,
pemerintah Jepang menurut laporan Independent, Senin (20/4/2020), pada awalnya
telah melakukan upaya pencegahan dengan mencari kelompok yang diduga telah
terinfeksi virus corona di sejumlah tempat, dan biasanya di ruangan tertutup.
Mulai dari klub dan tempat pertemuan lainnya.
Namun sayangnya, penyebaran virus tiba-tiba membludak hebat
dan kini mulai banyak kasus-kasus baru yang bermunculan. Alhasil, mereka pun
kewalahan untuk melalukan tracing sumber virus.
Berkaca dari kasus penolakan tersebut, pandemi COVID-19
secara tidak langsung berhasil mengungkap wajah buruk dunia medis Jepang, yang
sebelumnya memiliki reputasi baik. Mereka menyediakan sistem asuransi
berkualitas tinggi dan biaya pengobatan yang masuk akal.
Para ahli pun kini seolah berlomba-lomba melontarkan
kritikan tajam kepada pemerintah Jepang, yang dianggap tidak mampu menangani
pandemi COVID-19 dengan baik. Mereka juga menyoroti kurangnya Alat Pelindung
Diri (APD) bagi tenaga medis, yang tengah berjuang merawat pasien positif di
negara tersebut.